Pada zaman setelah kemerdekaan Republik Indonesia
tahun 1945, rakyat Indonesia tetap gigih mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Disamping itu pula dari sekian banyak organisasi
masyarakat dan partai politik berusaha untuk berlomba-lomba membangun dan
mengisi kemerdekaan Indonesia dengan cara dan usahanya masing-masing.
Sehingga terjadilah persaingan diantara aliran sosial dan politik.
Sehingga terjadi pula benturan diantara mereka. Namun gerakan mereka tetap
kompak didalam menghadapi agresi Belanda yang ingin merebut kembali
kekuasaannya diwilayah Indonesia, yang akhirnya dengan semangat yang
menyala-nyala dari pejuang-pejuang dan rakyat Indonesia, tetap dapat
mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia sampai sekarang.
Dalam perjuangan tersebut, peranan umat Islam
mengambil posisi terdepan, yang dipimpin oleh para kyai dan ulama dari segenap
pelosok tanah air Indonesia. Dalam hal inilah para ulama dan kyai di
Penjalinbanyu merasa bertanggungjawab untuk mengisi kemerdekaan Indonesia.
Yaitu dengan jalan melalui bidang pendidikan untuk menyongsong masa depan
yang cerah bagi generasi Islam selanjutnya.
Maka pada tanggal 27 Desember
1950 bertempat di rumahnya Kyai Abdul Jamil, diadakan rembug (Musyawarah) yang
dihadiri oleh segenap orang-orang terkemuka Penjalinbanyu yang dipimpin oleh
Bapak Muhammad bin Sambyah, untuk mendirikan sebuah Madrasah yang bersifat
formal.
Isi musyawarah tersebut menghasilkan persetujuan
bulat, agar Madrasah segera dibangun. Maka pada awal tahun 1951 dimulai
pembangunannya hingga selesai pada awal tahun 1952, atas gotong royong
masyarakat Penjalinbanyu (100 % swadaya murni masyarakat setempat).
MASA
PERUBAHAN
Dua tahun lamanya pendidikan berjalan dengan lancar,
menurut kurikulum yang ada pada saat itu, maka pada tahun 1953-1954 sebuah
organisasi kelembagaan pendidikan dengan nama Lembaga Pendidikan Al Ma’arif
yang bernaung dibawah organisasi politik Nahdlatul Ulama (NU), Madrasah menjadi
berubah, baik tingkatannya maupun namanya.
Awalnya bernama Tamrinul Aulad. Dari Tamrinul Aulad (4 tahun) menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI) 6 tahun dengan status swasta.
Pada waktu itu Kepengurusan Madrasah dipimpin oleh :
Ø
Ketua : H. Mahmud bin H.
Astari
Ø
Wakil ketua : H. Yakub bin Toyib
Ø
Penulis :
Muhammad bin Sambyah
Ø
Bendahara : Damuri bin Toyib
Ø Dan
beberapa pembantu lainnya
Madrasah dikepalai oleh Muhammad
bin Sambyah. Sedangkan pelajaran mengikuti kurikulum
dari Lembaga Pendidikan al Ma’arif , yaitu:
Ø
70 % pelajaran agama
Ø 30 %
pelajaran umum.
Setelah pendidikan berlangsung 3
tahun lamanya, selanjutnya pada tahun 1956/1957 Madrasah
Ibtidaiyah (MI) diubah namanya menjadi MWB (Madrasah Wajib
Belajar) atas anjuran dari L.P al Ma’arif, dengan ketentuan sebagai
berikut:
- Ruang belajar harus 6 lokal dengan ukuran 7 x 7 meter per lokal
- Murid harus khusus, tidak dibenarkan merangkap sekolah lain yang bersamaan waktu pengajarannya.
- Masuk Pelajaran pagi dari pukul 07.00 – 13.00
- Mengikuti kurikulum L.P al Ma’arif, sedangkan kepengurusan masih tetap
Sebagaimana yang tercantum pada periode MI 6 tahun,
selama 3 tahun MWB berjalan dengan lancar dan baik. Sampai datangnya peraturan
baru dari pemerintah bahwa semua Madrasah harus mendaftarkan dirinya. Maka para
pengurus Madrasah bergegas untuk menyesuaikan diri dengan langkah pertama
merubah nama dari Madrasah Wajib Belajar (MWB 6 tahun) menjadi Madrasah
Ibtidaiyah Islamiyah (MI Islamiyah) 6 tahun.
Dengan mengikuti kurikulum dari
Ispendak. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1957-1959. Pada tahun 1958 (tanggal
..................) sampai sekarang telah diakui syah dan tercatat dalam buku
stambuk Inspeksi Pendidikan Agama Kabupaten Brebes dibawah asuhan dan berbadan
hukum.
Terhitung mulai tanggal 1 april 1974 sebagai
perguruan swasta dengan nomer induk 70/6. Peristiwa
ini terjadi pada saat Madrasah ini dibawah asuhan Pengurus:
Ø
Ketua I : H. Yakub
Ø
Ketua II : Abdul Rozak
Ø
Sekertaris
: Romadlon bin H. Usman
Ø
Bendahara : Sobah dan
Damuri
Ø
TU
: Abdillah,
Abdul Jabar,
Ø Dan beberapa pembantu
lainnya
Madrasah ini dikepalai oleh Abdul Karim bin Dasa
1978-1982.
Pada tahun 1967 pihak pemerintah Departemen Agama
mengangkat guru-guru agama negeri yang mengajar ditiap-tiap MI (yakni
dengan mengadakan ujian guru agama yang akan ditempatkan pada setiap MI bagi
mereka yang berhasil. Baru setelah 1
desember 1967 bagi mereka yang berhasil dipersiapkan sebagai calon pegawai.
Pada tanggal 25 Agustus 1968 dikeluarkan surat keputusan dari
pemerintah Departemen Agama mereka-mereka yang lulus diangkat menjadi pegawai negeri.
Dari hari ke hari pendidikan di Madrasah tetap
berjalan mulus sesuai dengan perkembangan-perkembangan yang terjadi. Sedikit
demi sedikit, setapak demi setapak perkembangan Madrasah maju dan berkembang
dengan pasti.
Pada masa kepengurusan dan pimpinan ini tepatnya pada tanggal ... bulan Februari tahun 1978 hari sabtu jam 15.30 wib Madrasah ini terkena musibah angin puyuh yang juga merusak bangunan-bangunan lainnya termasuk kerusakan masjid, rumah penduduk dan pepohonan.
1.
H. Mahmud bin H. Astari
2.
H. Ghozali bin H. Astari
3.
H. Ambari bin H. Astari
Pihak pengurus segera mengadakan musyawarah
untuk membangun kembali Madrasah tersebut. Dengan kesepakatan bulat dari
seluruh masyarakat Islam setempat, dengan rasa tanggung jawab penuh, masyarakat
segera bergerak untuk membangun kembali dengan segera.
Namun apalah daya kita, memang manusia berusaha, namun Allah jualah yang menentukan, pembangunan itu pada awalnya mengalami halangan agak serius, akan tetapi berkat kebulatan tekad dari pemuka-pemuka desa Penjalinbanyu, akhirnya pembangunan itu bisa terlaksana dengan baik sampai pada tahun 1994.
Selama adanya bangunan itu pendidikan
semakin maju, hal ini terbukti dengan adanya alumni-alumni
yang telah berhasil dalam pendidikan dan kehidupnya.
Semenjak itu (1978)
banyak perubahan-perobahan yang terjadi di lingkungan kemadrasahan, baik
didalam bidang Pembangunan, maupun pergeseran-pergeseran pimpinan, baik Kepala
MI Ataupun kepengurusan (alih Tugas). Pada
tahun 1978. Muhammad bin Sambyah, seorang tokoh sekaligus Sponsor dan Pimpinan
Madrasah sejak berdirinya MI Islamiyah dialih tugaskan ke MI Mafatihul Huda
dukuh Curug, oleh Pemerintah (Depag) sampai masa Pensiunnya.
Kemudian MI dipimpin oleh Abdul Karim bin Dasa pada
tahun 1978 sampai dengan 1982. Pada akhir 1983, beliaupun dialih tugaskan
ke desa Sembung, kemudian ke Siandong, dan ke Curug. Pada tahun 1980
kepengurusan MI diketuai oleh Bapak Romadlon bin H.Ustman.
Selanjutnya Pimpinan MI di Pegang oleh saudara Sakri
Purnomo pada tahun 1983 sampai dengan 1988. Pada masa kepemimpinan beliau
MI Islamiyah mulai berkembang dengan pesat, baik dari segi pengajaran maupun
kondisi fisik bangunan. Pada tahun 1988 beliau kembali menjadi pengajar (guru)
dan kepemimpinan beliau diganti.
Selanjutnya mulai Tahun 1988 Madrasah
Ibtidaiyah Islamiyah dipimpin oleh seorang Pegawai Negeri, yang kebetulan
adalah salah satu tokoh masyarakat dan penduduk asli Penjalinbanyu yaitu Bapak
Kapnawi. Pada masa kepemimpinan beliau Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah
Penjalinbanyu semakin berkembang dengan pesat. Para siswanya banyak yang meraih
prestasi dibidang mata pelajaran. Diantaranya pada masa awal kepemimpinannya
seorang siswanya mendapat nilai tertinggi / peringkat 1 kecamatan untuk nilai
EBTANAS dan masih banyak prestasi yang lainnya. Pada tahun ….
beliau mendapat panggilan oleh Allah SWT untuk beribadah ke Tanah suci
menunaikan ibadah Haji, kemudian namanya diganti dengan nama Haji Khanafi, Pada
masa akhir kepemimpinannya MI Islamiyah diusung untuk menginduk kepada Lembaga
Pendidikan Ma’arif NU bersama dengan Madrasah-Madrasah yang lain yang membawa
dampak yang sangat besar terhadap kemajuan madrasah. Bersamaan dengan masa
pensiunnya tahun 2004 beliau meletakan jabatannya sebagai kepala MI .
Tahun 2004 Madrasah kembali mengadakan Musyawarah
untuk menentukan Pemimpin baru, kemudian disepakati untuk kepemimpinan MI Islamiyah di pegang oleh Bapak H. Imanuddin
sebagai pengganti dari Bapak H. Khanafi.
Akhir tahun 2012 terjadi pengunduran diri kepala
madrasah dari jabatannya yaitu Bapak H. Imanuddin. Kemudian
komite Madrasah segera mengadakan rapat dan menghasilkan keputusan untuk
menerima pengunduran diri tersebut dan sekaligus mengangkat kepala madrasah
yang baru yaitu Bapak Gufron Hadi Subekti, S.Pd.I yang berstatus PNS terhitung
sejak tanggal 1 Januari 2013 sampai sekarang.
0 Komentar